HANTAMAN DEMI HANTAMAN
Beberapa menit saja
film diputar, kita sudah langsung dihantam kesedihan. Tokoh Moko menjadi korban
paling empuk. Pada menit-menit awal itulah dimunculkan sebab dari seluruh
kesedihan dan haru ini. Moko yang hendak memulai perjuangan baru–lulus
kuliah–sudah berencana untuk melanjutkan studi magister bersama sang pacar. Sebuah tahapan perjalanan yang umum terjadi pada seseorang.
Kisah umum dan
ideal itu kemudian dihancurkan seketika oleh tragedi kematian dalam keluarga ini. Yang
tertinggal bagi Moko adalah tiga keponakan berusia remaja dan satu bayi. Anak
muda di usia 20an harus mengambil alih tanggung jawab orang tua bagi mereka.
Pada periode ini kita ditunjukkan perjuangan Moko merawat keponakannya yang
masih bayi. Penonton dibawa dalam rasa haru yang mendalam.
Belum lagi,
tiba-tiba guru les musik Moko datang hendak menitipkan putrinya. Sebuah plot
twist yang aneh tapi pada perjalanannya mampu dijalin dalam alur utama sehingga
mampu menjadi satu pengayaan cerita (atau kalau dalam teori penulisan skenario
disebut sebagai B-story). Orang baru yang masuk ke dalam keluarga ini seketika
diterima dan menjadi keluarga baru.
Hantaman tentang Moko yang kehilangan pekerjaan karena tidak mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu juga menambah beban yang ada. Hantaman-hantaman ini ditutup dengan munculnya kakak Moko dan suaminya yang datang dari Australia. Kemunculan mereka berdua yang dianggap mampu menjadi support system bagi keluarga ini, justru berperan sebaliknya. Kakak ipar Moko justru menyelewengkan uang Moko untuk investasi yang tidak jelas.
Pergumulan akibat hantaman-hantaman ini–diperparah dengan kepolosan dan keinginan Moko untuk terus membantu keluarga–menjadi aspek yang membuat banyak penonton gemas sekaligus kasihan. Perpaduan rasa ini unik dan tidak dapat dideskripsikan dengan tepat.
KESEDERHANAAN YANG MONUMENTAL
Yang paling menonjol dari film Yandy Laurens adalah kesederhanaannya yang justru menjadi kekuatan. Betapa tidak, cerita yang diangkat dari cerita Arswendo Atmowiloto ini berkisar di antara konflik keluarga biasa. Tidak ada pertentangan asmara akibat perbedaan kekayaan, tidak ada konflik keluarga yang umum diakibatkan oleh pertengkaran orang tua, atau kisah-kisah klise lain yang banyak dijejalkan pada penonton melalui medium sinetron dan series.
Yandy mampu membuat
penonton lupa tentang kesederhanaan karakter dan setting, tapi memikat dari
sudut pandang cerita dan penokohan. Cerita yang relatif sederhana ini mampu
digambarkan secara utuh, dengan detail-detail yang sekilas nampak sembarangan
tetapi justru memberikan nuansa realis. Adegan-adegan yang sentimentil dan
emosional diletakkan dalam durasi yang cukup panjang, tapi tidak membuat mual.
Menurut saya, takarannya sangat pas.
Kesederhanaan yang
juga sangat “manis” adalah penggunaan teknik sinematografi yang tepat. Kecilnya
rumah yang dihuni banyak orang dengan banyak perabot mampu ditampilkan secara
sangat meyakinkan. Layar tidak sedang disederhanakan dengan banyak scene
close-up. Banyaknya scene yang disajikan dalam bentuk wide ternyata secara luar
biasa mampu menggambarkan banyak aspek dalam kehidupan keluarga ini. Belum lagi
detail properti yang tidak berlebihan dan sangat natural dan mampu memberikan
nuansa rumah sangat sederhana dengan keriuhan di dalamnya.
Cahaya dalam film ini juga tidak berlebihan, tidak sedang ingin membuat penonton kagum karena banyak warna dan sumber cahaya yang aneka sudut. Cahaya sangat alami, sekaligus mampu secara tepat menangkap waktu matahari, tentu yang sangat cantik adalah ketika para tokoh berada di pantai. Coloring juga tidak dirancang ingin meningkatkan warna atau koreksi cahaya, yang nampak adalah semua dalam takaran yang sangat meyakinkan.
Semua kesederhanaan
ini sama sekali tidak memancing statemen “gini doang?” tapi justru membuat
penonton fokus pada aspek yang lebih penting: cerita.
AKTING MENGAGUMKAN DARI TOKOH KECIL
Akting para aktor
dan aktris bukan dilakukan dengan teknik-teknik yang mengagumkan. Kesederhanaan
karakter, dinamika emosi yang tidak terjadi secara ekstrim, memang tidak
menuntut teknik akting yang khusus. Lalu
apa spesialnya?
Justru, bagi mereka yang mendalami akting, berakting secara biasa justru bukan perkara mudah. Ada kecenderungan manusia untuk akting secara berlebihan di depan kamera, itu banyak dialami aktor baru. Semua aktor dan aktris dalam film ini memainkan peran yang sesuai dengan tuntutan tokoh dan cerita. Kesederhanaan ini sulit karena memerlukan rem yang bagus, atau dalam dunia tarik suara disebut sebagai pitch control.
Aktor seperti
Chicco Kurniawan tentu tidak perlu dipertanyakan. Film-film terakhirnya sudah
cukup menunjukkan kemampuan aktingnya yang mumpuni. Amanda Rawles cenderung
tidak menonjol. Sementara pemeran keponakan-keponakan mampu memberi warna yang
berbeda bagi cerita. Keakraban mereka sangat meyakinkan, khususnya diperkuat
oleh Fatih Unru. Kekonyolan Nadif H.S. juga mengambil banyak perhatian
penonton. Rasanya kita berterima kasih pada tokoh Ano yang diperankannya yang
memberikan tawa di tengah air mata.
Bagi saya, akting yang sangat menonjol adalah akting Kawai Labiba yang berperan sebagai Gadis. Ekspresi wajah, gestur dan intonasi kecilnya mampu memberi kesan bagi film ini, meskipun hanya terlibat dalam beberapa adegan, dengan sedikit dialog. Adegan ketika Moko mengunjungi Gadis dan perbincangan di lapak Pop Ais inilah yang sangat menonjol. Ditambah imajinasi piano yang menjadi gold scene.
KESULITAN MENYUTRADARAI: BAYI DAN ANAK KECIL
Akting para aktor berada dalam takaran yang sangat pas. Tentu, ini juga peran Sutradara yang menjaga symphony ini dalam nuansa yang menyenangkan. Kekuatan Yandy ini perlu diacungi jempol.
Kekuatan Yandy dalam mengarahkan aktor tidak perlu dipertanyakan, terlebih ketika kita menonton film-filmnya akhir-akhir ini. Tapi dalam film 1 Kakak 7 Ponakan ini, kekaguman saya pada teknik penyutradaraan Yandy justru ketika dia mampu menampilkan bayi dan anak kecil secara tepat di tengah adegan. Terbayang bagaimana menyiasati polah-tingkah dan mood anak kecil yang random. Yandy berhasil melibatkan bayi dan anak kecil ini secara tepat dan meyakinkan. Jalinan antara posisi kamera, tata bunyi dan akting (khususnya respon aktor) yang tepat menjadikan adegan-adegan itu sempurna melibatkan bayi dan anak kecil.
Yadhy memang luar
biasa, telah berhasil menyulap cerita sederhana yang berisi tokoh sederhana,
menjadi karya yang berhasil membuat hampir semua penonton di bioskop banjir air
mata.
Malang, 11 Februari 2025
SCORE: 8,5/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar