Selasa, 03 Januari 2017

LANGKAH PAK DIRMAN - EKWAN WIRATNO





SATU
Dialah Pak Dirman
Lelaki penuh keteguhan
Melawan Belanda
Dari tandu gerilyawan

Dia berjuang dalam sakit
Dengan separuh paru-paru
Tapi tetap selalu bangkit
Bersama terus menyerbu

Masihkah mau kita belajar
Dari kegigihan dan keyakinan
Atau hanya terus berujar
Bahwa sejarah untuk dilupakan


DUA
Sebuah gambaran beberapa pesawat tempur menggempur sebuah kota, nampak seperti sebah dokumentasi Arsip Nasional. Orang-orang berlarian, berhamburan. Sementara pasukan keamanan berusaha membalas dengan ala kadarnya. Api dimana-mana, tangisan menggema.

NARATOR        : Enam puluh tujuh[1] tahun lalu, Desember 1948, hanya tiga tahun setelah Indonesia diproklamirkan sebagai negara merdeka, Belanda melancarkan Agresi Militer ke II. Belanda melanggar seluruh perjanjian gencatan senjata dengan dalih Indonesia telah meneror pasukan Belanda terlebih dahulu.
                        Pesawat-pesawat tempur Belanda menjatuhkan bom-bom, pasukan mereka merangsek masuk kota Yogyakarta. Mendengar serangan itu, Panglima Besar, Jenderal Soedirman yang baru dalam hitungan hari menjalani operasi paru-paru, bergegas menuju istana Jogja untuk mengabarkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden sebaiknya keluar dari Jogja untuk menyelamatkan diri.
                        Tapi kedua Proklamator bergeming. Bung Karno justru menyarankan sahabatnya itu untuk beristirahat di rumah dan bersedia mengirimkan dokter untuk merawatnya.
                        Sang Jenderal menolak.




[1] Bisa disesuaikan berdasarkan tahun pementasan. Penyerangan Belanda terhadap Yogyakarta terjadi pada 18 Desember 1948.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar