Jumat, 07 September 2018

TIPU-TIPU RECRUITMENT ANGGOTA TEATER




“Berhati-hatilah, penipuan juga terjadi di dunia teater.”

Sangat lazim kita menyaksikan sebuah kelompok teater memajang pengumuman pencarian anggota baru, baik itu kelompok teater independen, kampus, hingga sekolah menengah. Di sana dicantumkan berbagai hal yang dapat dipelajari setelah menjadi anggota sebuah kelompok teater, diantaranya adalah keaktoran, penyutradaraan, artistik (musik, panggung, lampu) hingga sastra (puisi, cerpen dan naskah lakon). Tapi jangan mudah percaya.

Kenapa?

Pada kenyataannya sebagian besar komunitas teater mencantumkan minat sastra hanya untuk menarik perhatian para calon anggota. Sebagian besar proses pembelajaran sastra dalam sebuah komunitas teater sangatlah terpinggirkan bila dibandingkan proses berteater.

Naskah teater—sebagai sebuah karya sastra yang paling dekat dengan dunia teater—pun dianggap hanya berperan sangat kecil pada sebuah sajian pertunjukan teater. Kelompok-kelompok teater—kini—lebih sering mementaskan naskah-naskah yang telah ada, alih-alih mementaskan naskah karya anggotanya. Belum lagi kalau kita bicara soal pengembangan kemampuan penulisan puisi dan cerpen yang sama sekali tidak disentuh.

Rasanya memang terlalu “bohong” dalam pencantuman sastra sebagai salah satu pembelajaran di dunia teater bila tidak secara serius mampu dan mau dilakukan dalam sebuah kelompok teater. Maka tak perlu “gengsi” bila tidak mencantumkannya di publikasi recruitment anggota baru, tentu jika memang tidak melakukannya. Tak perlulah melakukan kebohongan yang berlarut-larut dan mentradisi.


Tentu pendapat di atas tidak bisa digeneralisir begitu saja. Masih ada kelompok teater yang benar-benar melakukan pembinaan serius terhadap anggotanya untuk menguasai bidang sastra. Dan kita berharap memang semuanya perlahan akan melakukannya. Jujur, sejujur-jujurnya. Sebab teater adalah kejujuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar